28 September 2009

Escape To Bali

By : CJenz

Walaupun Bali sudah menjadi Travel Destination yang umum namun masih tetap memiliki daya tarik yang bagitu besar dengan keindahan pulau dan pantainya. Liburan akhir tahun kali ini saya menghabiskan 8 hari di Bali. Karena pemesanan yang terlambat, saya hanya bisa puas tinggal di daerah Kuta yang sangat padat. Begitu tiba di bandara saya langsung menyewa mobil, tarif per hari Rp250.000,- tidak termasuk bensin dan driver, lalu menuju ke Hotel Mercure Kuta tempat saya menginap, yang tergolong hotel Top End versi Lonely Planet dengan tarif per malam Rp 1.500.000,- (high season) untuk kamar standar. What I like
about this hotel
adalah kolam renang di patio deck –nya yang terletak di lantai 4, sangat nyaman dan indah dengan view langsung ke Pantai Kuta. Saya sempat menikmati sunset di Pantai Kuta, berjalan di sepanjang pesisir pantai, namun saya agak kecewa karena banyaknya ikan mati akibat perubahan suhu di dalam laut yang terbawa ombak ke tepi pantai sehingga
menimbulkan bau dan pemandangan tak sedap. Ramai pedagang kaki lima terasa sedikit mengganggu turis yang sedang menikmati suasana santai, bahkan terkadang mereka sampai bersujud memohon kepada turis- turis itu untuk membeli dagangan mereka. Entah hal ini merupakan dampak positif atau negatif dari pariwisata Bali. Kehidupan di Kuta tidak pernah mati sampai tengah malam, dan di pagi hari sekitar Pk.08.00 WITA jalan- jalan sudah mulai ramai kembali. Untuk makan malam saya berlabuh pada masakan chinese food asli Bali yang
hanya ada di Bali, yaitu Restoran Sungai Seafood di Jl. Sunset. Di bangunan berlantai satu yang tidak terlalu bagus, layaknya restoran rumahan, ternyata masakan di sini
sangat fresh dan enak. Mereka memiliki makanan- makanan yang tidak biasa dijual seperti labi-labi, ikan batu, crayfish dan masih banyak lagi yang saya-pun baru pernah melihatnya. Namun untuk makan disini dibutuhkan reservasi terlebih dahulu, karena kalau tidak maka akan bernasib sama seperti saya yang harus menunggu satu setengah jam untuk dapat meja. Pemiliknya adalah orang Bali dengan chef yang didatangkan langsung dari China dan mayoritas pengunjung adalah turis Asia dan lokal.
Hari ke dua, saya mencoba menyisiri pantai Madewi (West Bali) yang dapat ditempuh dengan mobil sekitar 2 jam perjalanan dari Denpasar arah ke Pelabuhan Gilimanuk. Pantai Madewi sangat luas dan panjang yang dipenuhi bebatuan licin seperti batu sungai di tepian pantainya, begitu sunyi, jauh dari keramaian dan sepi pengunjung serta berombak besar yang terkenal sebagai surga bagi para surfer. Jam makan siang saya mampir di Cafe Tahu yang menu- nya semua berbahan dasar tahu. Dari tampak depan memang agak meragukan, namun saya sangat terkesan dengan kelezatan Tahu Gimbal dan Tahu Gejrot yang lain daripada yang sering kita temui di Jakarta. Setelah puas menikmati suasana Pantai Madewi yang hening, saya menuju Desa Belimbingsari untuk menikmati keindahan sawah berundak yang terbentang di sepanjang jalan tersebut merasakan kesejukan udara perbukitan. Jalan yang ditempuh sempit dan sangat berliku liku, dua kali lipat lebih panjang dan berkelok dari pada Puncak. Searah dengan rute perjalanan kembali ke Hotel, saya mampir di Tanah Lot yang merupakan satu – satunya pura yang berada di tengah laut dan menjadi salah satu pura terpenting di Bali. Sebenarnya Tanah Lot adalah proyek reklamasi buatan antara pemerintah Indonesia dan Jepang. Walaupun keindahan pura tersebut terlihat sangat authentic namun tidak terjadi dengan sendirinya, bahkan sepertiga batu yang ada merupakan buatan. Tapi justru hal itu menjadikan Tanah Lot populer dan terbanyak dijadikan obyek foto oleh turis asing maupun lokal. Di sepanjang jalan muka gerbang banyak toko- toko yang menjual souvenir khas Bali, cash only. Kebanyakan turis akan memilih berkunjung pada sore hari sekaligus untuk melihat sunset.
Menjelang malam saya memutuskan untuk makan di Jimbaran II. Asal muala-nya Jimbaran hanya terdiri dari 5 restoran, sekarang ini sudah beranak pinak sampai sayapun tidak tau lagi yang mana yang asli. Dari tourist information hotel, saya diberitahu bahwa yang asli dan paling enak adalah Ubung Cafe dan Kalang Anyar. Hati- hati jika makan di Jimbaran tanpa rekomendasi dari orang lain, karena banyak kejadian harga makanan dipatok tinggi dan kualitas makanan yang tidak terjamin kesegarannya. Suasana indah ditambah seafood lezat dengan hanya Rp 100.000,-/ orang sampai kenyang adalah gambaran yang bisa saya berikan setelah saya mencobanya.

Ubud – Kintamani di hari ke 3. Lewat jalan bypass Ngurah Rai saya mampir di toko Aneh – Aneh Art yang memiliki barang seni terunik yang pernah saya lihat dan hanya dibuat masing – masing satu buah (masterpiece). Sejalan menuju Ubud, saya menyempatkan diri mampir di Pasar Seni Sukawati yang berisi para pedagang barangbarang khas Bali seperti baju, celana, aksesoris dari kerang & batu, rotan, barang – barang untuk upacara adat Bali seperti payung bercetak stensil dengan cat berlapis emas murni yang terdapat di Pura, keranjang, wind chimes, dan masih banyak lagi pernak pernik khas Bali yang bisa didapatkan disini dengan harga relatif 30% lebih murah dari tempat –tempat wisata lain. Ubud merupakan pusat kebudayaan Bali, tanah dimana para seniman dan pengrajin berkumpul memamerkan dan menjual hasil karya mereka dengan perbandingan harga dan kualitas yang seimbang. Daerah ini juga merupakan pusat museum- museum seni berdiri. Yang terkenal dari Ubud selain seni adalah sebuah restoran masakan khas Bali yang saya kunjungi yaitu Bengil (Dirty Duck). Saya langsung memesan menu andalan yang membuat orang selalu kembali yaitu nasi dengan setengah ekor bebek goreng dilengkapi dengan urap dan acar cabai bawang khas Bebek Bengil dan sambal memang benar- benar lezat hanya seharga Rp 63.000,- per porsi. Walau harus menunggu dua jam untuk dapat duduk, tapi cukup terobati dengan pemandangan hamparan sawah yang terletak di belakang restoran tersebut, saya dapat berjalan mengelilingi sawah dan berfoto.
Pemiliknya adalah orang Bali asli yang mempersunting istri warga negara asing. Nama Bebek Bengil sendiri muncul saat dalam tahap konstruksi, dimana sekawanan bebek sering melewati sawah bermain lumpur kemudian melewati bangunan restoran tersebut. Maka diambilah nama Bebek Bengil. Bagian dari Ubud yang tak luput dikunjungi adalah Tampaksiring yang merupakan sebuah desa kecil dengan sebuah pura yang besar dan penting bagi masyarakat Bali. Di dalamnya terdapat kolam yang dialiri oleh mata air suci Tirta Empul yang berasal dari Sungai Pakerisan dimana dipercaya memiliki kekuatan magis. Kolam mata air ini memiliki 2 sisi, sisi kiri dan kanan yang masing – masing mata air-nya memiliki khasiat magis yang berbeda- beda. Seperti yang terdapat di sisi kanan dihitung dari arah pintu masuk, mata air ke-1 untuk keturunan, aura dan energi, mata air ke-2 untuk mengusir kotoran /roh jahat atau melepas santet (black magic), mata air ke-3 untuk menyembuhkan sakit berat, mata air ke-4 untuk menyelesaikan pertengkaran dalam rumah tangga agar kembali rukun dan damai, mata air ke-5 dan ke-6 untuk Pusaka, mata air ke-7 dan ke-8 untuk keperluan upacara adat. Di dalam pagar dibatasi tembok terdapat 5 mata air Linggih Pancaka Tirtha yang khusus untuk orang sembahyang. Keunikan dari mata air ini adalah pada saat musim kemarau panjang tidak pernah kering, dan sebaliknya pada musim hujan tidak pernah meluap / banjir. Tepat di sebelah kolam mata air terdapat Pura Tirta Empul yang sangat suci sehingga untuk masuk ke dalam dibutuhkan sarong atau memakai celana panjang. Pura ini didirikan pada ke-9 oleh Raja Chandra Singarama Dewa. Beranjak sore saya bergegas menuju Kintamani. Udara dingin pengunungan langsung terasa saat memasuki Desa Kintamani. Dari atas menara saya bisa melihat danau dan pegunungan yang ,melebur menjadi satu membentuk sebuah harmoni keindahan yang memanjakan indra penglihatan. Sama seperti di daerah wisata lainnya, pedagang mulai berdatangan menghampiri untuk menjajalkan dagangan mereka. Aku terkesan dengan harga yang diberikan lebih murah ketimbang di Pasar Sukawati yang menurut saya sudah murah, sebagai perbandingan setengah lusin kaos Bali di Pasar Sukawati seharga Rp60.000,- sedangkan disini hanya Rp 50.000,- untuk barang yang sama. Para seniman Tattoo juga tidak ketinggalan, mereka menawarkan tatto ukuran sedang dengan harga Rp5.000,- padahal jika di daerah Kuta bisa mencapai Rp 25.000,- (setelah ditawar) dengan ukuran yang sama. Saya tidak suggest makan di daerah Kintamani, karena pasti akan kecewa dengan makananya, namun jika makanan tidak masalah, hanya menginginkan pemandangannya maka kalian bisa puas.

Day 4 saya memutuskan untuk melakukan kegiatan adventure, saya memilih rafting di Ayung River dipandu oleh Payung Rafting. Dengan harga berkisar antara Rp 250.000,- sampai Rp 350.000,- mendapat kesempatan menyusuri sungai dengan arus tahap-3 dan makan siang. Sebelum sampai ke sungai, saya harus menuruni lembah yang panjang, cukup terjal dan licin akibat hujan di pagi hari. Untuk menuruninya saya butuh waktu kurang lebih 40 menit, namun kelelahan itu terbayar dengan dinginya air yang menyegarkan. Sangat menyenangkan, dan saya bersemangat sekali mendayung. Tak jauh dari tempat kami naik perahu, ada arus turunan sedalam 2 meter yang sangat seru. Sampai ke bagian arus tenang, saya berenang dan bermain air terjun. Yang membuat saya terkesan adalah relief sepanjang 700meter mengisahkan cerita
Ramayana yang terukir di bebatuan sepanjang sungai Ayung. Proyek tersebut dikerjakan oleh puluhan seniman Bali dalam kurun waktu 2 tahun. Tadinya aku berpikir itu sudah ada sejak
jaman kerajaan dahulu, ternyata proyek tersebut baru selesai tahun 2008. Puas berfoto di relief dan di air terjun, berakhir pula perjalanan rafting. Saya menatap jalan menaiki lembah yang kurang lebih sama dengan waktu turun tadi namun lebih pendek jaraknya. Lelah sekali, dan mandi menjadi satu- satunya hal yang pertama akan saya lakukan. Kamar mandi berdinding semen khas Bali nampak bersih, dan air mengalir dari pancuran sangat sejuk menghapus semua kelelahan saya. Makan siang-pun telah menanti. Selepas makan siang, dalam perjalanan kembali saya mampir di Sangeh (Monkey Forest). Bermain sedikit dengan para monyet kecil yang bertingkah lucu. Mereka berebut makanan saat saya melemparkan kacang ke arah mereka. Dan jika di antara ada yang nakal, penjaga mulai membawa tempurung kelapa ke arah mereka yang membuat mereka takut. Day 5 saya memutuskan untuk menjadikan hari ini sebagai hari rekreasi pantai. Dimulai dari Pantai Lovina yang identik dengan pantai yang didatangi oleh turis yang ingin mencari ketenangan dan berelaksasi. Berbeda dengan Pantai Madewi, ombak di pantai Lovina lebih tenang, begitu pula kehidupan disini, very laidback. Pasir dan air laut di pantai ini sangat bersih. Banyak cafe dan restoran sebagai pendukung resort yang didirikan di daerah Lovina yang sangat tenang dan memiliki cita rasa yang lezat. Karena tidak sempat melihat lumba – lumba saat matahari terbit di Lovina dengan boat yang berangkat Pk 06.00WITA , setelah makan siang tepat Pk 01.30WITA saya sudah berada di Dolphin
Serangan di Jl. Tukad Punggawa untuk berinteraksi dengan lumba- lumba selama 40 menit. Ini adalah pengalaman yang paling menyenangkan, mereka makhluk yang sangat bersahabat dan pintar. Sayang sekali kamera saya tertinggal di hotel sehingga saya tidak bisa bercerita lewat gambar. Dilanjutkan ke Dreamland, pantai yang dikelilingi oleh karang. Indah namun lebih untuk rekreasi dan berfoto. Sekarang ini Dreamland sudah menjadi tempat yang sangat komersial, bahkan untuk toilet saja dipungut bayaran Rp 5.000,- per orang. Tak banyak yang membuat saya terkesan di pantai ini, walaupun pengunjung yang mayoritas turis lokal memadati daerah tersebut. Dinner at Seminyak tepatnya di Trattoria, Jl. Oberoi, yang menyajikan makanan authentic Italia dengan mengutamakan kesegaran bahannya. Menu disini sering berganti namun tetap menyajikan fresh pasta, steak dan seafood bakar. Coba Lemon Celo sebagai penutup yang menyegarkan. Servisnya tergolong sangat memuaskan untuk ukuran open air restaurant.

Legian dan Seminyak. Toko – toko buka pada Pk. 09.00 WITA, namun ada beberapa yang buka lebih pagi dari itu. Barang yangdijual rata- rata hampir sama dari toko ke toko,jadi jangan keburu nafsu untuk membelikarena bisa jadi harga yang didapat akan lebihmurah di toko yang lain, intinya harus bisamenawar, mulailah menawar setengah hargadari harga yang diberikan. Berbeda denganLegian, di sepanjang Jl. Basang Kasa dan Jl.Raya Seminyak didominasi oleh butik – butikdengan yang menjual rancangan designer ataubarang import, bahkan ada yang menjual satumodel hanya satu buah. Kualitas memangsangat bagus, namun harga-pun relatif untukkelas high-end. Biasanya butik – butik inimenerima pembayaran menggunakan kartukredit tanpa dikenakan 3% charge. Butik yangharus dikunjungi adalah Uluwatu yangmerupakan produksi hand made Bali dari desaTabanan (Bali Barat) yang sangat halus dengandesain yang simple. Di Kuta lebih merata, adatoko- toko seperti di Legian dan ada juga butik– butik seperti di Seminyak, namun mayoritastoko – toko Billabong, Rip Curl, Rusty, SurferGirl,Body and Soul dan yang berbau surferwear dan beach wear.. Toko bikini danunderware juga banyak terlihat di sepanjangjalan Legian, Kuta, dan Seminyak, denganmodel yang up to date dan sexy. Untuk Lunchdan Dinner saya memilih makan di restoranyang terletak di sepanjang jalan Legian danKuta. Kopi Pot di Jl. Legian menjadi tempatmakan siang yang memuaskan saya, denganNasi Campur Bali yang lezat , dessert BlackRussian Cake yang akan membuat sayakembali suatu saat, dan minuman Apel Cider.Ayam betutu-nya memang tidak selezat dan seorisinildi tempat lain, sedangkan Fish andChips – nya tergolong lumayan. Aneka MilkShakes dan Kopi andalan cafe inimenjadikannya tempat yang populer dikalangan turis asing. Area makan terdiri dari 2lantai yang terbuka dikelilingi olehpepohonan. Dinner at Dulang Cafe, KutaSquare adalah pilihan yang masuk akal setelahseharian berjalan karena dekat dengan hotel.Tempat tersebut penuh oleh turis asing, walautempatnya terbuka namun agak sedikit panas.Saya memesan spaghetti pasta dan bir Corona.Menurut saya makananya kurangmengesankan saya dan harga yang agak sedikitmahal untuk kualitas makanan yang disajikan.Well balik lagi memang lokasi sangatmenunjang tingkat keramaian, karena DulangCafe menjadi satu – satunya restoran (diluarMcD dan KFC) yang ada di Kuta Square.Day 7, hari terakhir berekreasi sayaputuskan untuk Sea Walker. Namunsebelumnya saya mampir di Warung BabiGuling Chandra yang sangat terkenal diDenpasar. Sepiring nasi dan semangkuk kuahdiantar terlebih dahulu, kemudian sepiring laukyang terdiri dari 1 tusuk sate babi merah, 1tusuk sate lilit, daging babi, kulit babi crispy,paru, usus, dan sayur seperti urap diantar kehadapan saya. Rasanya lezat walau agaksedikit kuat rempah –rempahnya. Kesampaianjuga makan babi guling yang terkenal di Bali,untunglah saya datang lebih pagi kalau tidaksaya akan berdiri menunggu mendapat meja.Perjalanan menuju sea walker agak jauh.Dengan harga Rp 540.000,- per orang sayadiantar ke tengah laut dengan kapal, lalumasing – masing dipasangi helm yangterhubung oleh selang oksigen yang terdapatdi atas kapal, dan siap terjun ke dasar laut.Indah sekali rasanya berdekatan dengan ikan –ikan dan apat melihat secara dekat bahkanmemegang terumbu karang. Pertamanya agaksedikit mendebarkan, tapi ternyata perasaanwas- was itu hilang begitu berinteraksi dengankehidupan di bawah laut. Selama 1 jamberjalan di dasar laut membuat saya kembalilapar.Sore hari saya tiba di La Lucciola didaerah Seminyak tepatnya di Jl. Pantai KayaAya. Menu makanan bergaya internationalfussion dengan harga sekelas fine dining.Terdiri dari 2 lantai terbuka dengan langit –langit yang tinggi membuat angin bertiupleluasa dari segala penjuru arah yang dapatmembuat kita tertidur. Pemandangan langsungmenghadap pantai Seminyak dan merupakantempat yang tenang, cocok untuk bersantaidengan obrolan ringan. Sambil menunggupesanan saya, bagian toilet tak luput dariperhatian saya, karena sangat bersih danterawat dihiasi berbagai jenis bunga dengan sepotbunga Sedap Malam yang memancarkanwangi. Tak lama kemudian dessert pesanansaya datang, Tiramissu, Chocolate Fudge&Manggo Cream Pie, masing – masing sehargaRp 70.000,- . Chocolate Fudge dan Tiramissunyamemang tiada duanya. Stawberry Granitamerupakan minuman favorit saya disini. Takheran jika 90% tamu yang datang adalahwisatawan asing.Hari ke-8 saya hanya memiliki waktuuntuk berenang di kolam renang hotel Mercureyang memiliki view langsung ke laut dari tepikolam. Berjemur sebentar tidak membuat kulitsaya terbakar. Pk. 10.00WITA saya telah siapberangkat ke bandara Ngurah Rai untukkembali ke Jakarta.
End.

No comments:

Quote of This Month!

Do Your Best or Do Nothing!!!