By : CJenz
Sebenarnya butuh apa enggak sih cemburu itu, perlu gak sih kita cemburu atau dicemburui pasangan kita ?! Atau cemburu sama dengan tidak percaya? Dan tidak cemburu sama dengan tidak serius?
Dulu mantan pacarku, sebut saja C sangat pencemburu walau tidak sampai taraf posesive, cuma hal tersebut sempat membuatku jengkel apalagi terkadang membuat petengkaran kecil yang seharusnya tidak perlu terjadi. Lain halnya waktu kuliah, aku jadian dengan mantanku yang bernama F yang sangat bertolak belakang dengan C. Ia tidak pernah cemburu bahkan tidak pernah melarangku bergaul atau pergi dengan siapa saja walau hanya berdua dengan jenis kelamin laki- laki. Lagi – lagi hal ini membuatku merasa tidak nyaman, yang terkadang membuatku mempertanyakan “Cintakah dia padaku?”, lalu membuat percikan – percikan perdebatan kecil diantara kami.
Memang aneh kalau dipikir – pikir, apakah tidak ada pria di dunia ini yang memiliki kadar cemburu yang pas buat –ku?! Sejujurnya cemburu itu perlu, setidaknya bagi wanita hal tersebut merupakan wujud perhatian dan tanda bahwa pasangan kita masih perduli dengan apa yang kita lakukan, pasangan kita masih mau tau siapa saja yang ada dalam lingkaran pertemanan hidup kita. Namun akan menjadi tidak nyaman jika pasangan kita menjadi 'parno' dengan mengekang kita, menelepon kita setiap saat kala pergi dengan teman pria lain, dan bersikap tidak bersahabat dengan teman pria kita. Inilah cemburu yang mengarah pada ketidak- percayaan dengan mulai memiliki rasa curiga dalam rasa cemburu-nya itu.
Sedangkan tidak pernah cemburu memang terkadang menyenangkan, terasa bebas dan biasanya alasan pasangan adalah karena mereka sangat amat mempercayai kita sampai tidak ada keraguan sedikit-pun. Hal ini baik, namun terkadang mambuat kita merasa terabaikan, merasa tidak terlalu diperhatikan dan berbuntut pertanyaan “Serius apa enggak sih dia?”.
Segala seuatu jika terlalu berlebihan akan menjadi tidak bagus, begitu juga sebaliknya jika terlalu sedikit/ kekurangan juga tidak bagus, yang sedang – sedang saja itulah yang terbaik. Sama halnya dengan cemburu, dalam taraf wajar adalah yang terbaik, tidak perlu sampai berdebat, asal bertanya dan tahu secara garis besar sudah cukup, tidak perlu bertanya detail dan curiga, karena pada hakikatnya jika memang pasangan niat bercerita detail maka akan lepas dari mulutnya dengan sendirinya. Malah jika ditanya – tanya terus, pasangan akan menjadi defensif dan menutupi. Terlalu percaya sampai tidak bertanya apapun juga akan membuat pasangan menjadi merasa terlalu bebas dan tak ada batasan, toh pasanganku juga tidak ambil pusing.
Mungkin penjelasan di atas dapat diwakili oleh pepatah “Pasir jika digenggam terlalu erat akan tumpah, dan jika digemnggam terlalu longgar juga akan tumpah”.
End.
Sebenarnya butuh apa enggak sih cemburu itu, perlu gak sih kita cemburu atau dicemburui pasangan kita ?! Atau cemburu sama dengan tidak percaya? Dan tidak cemburu sama dengan tidak serius?
Dulu mantan pacarku, sebut saja C sangat pencemburu walau tidak sampai taraf posesive, cuma hal tersebut sempat membuatku jengkel apalagi terkadang membuat petengkaran kecil yang seharusnya tidak perlu terjadi. Lain halnya waktu kuliah, aku jadian dengan mantanku yang bernama F yang sangat bertolak belakang dengan C. Ia tidak pernah cemburu bahkan tidak pernah melarangku bergaul atau pergi dengan siapa saja walau hanya berdua dengan jenis kelamin laki- laki. Lagi – lagi hal ini membuatku merasa tidak nyaman, yang terkadang membuatku mempertanyakan “Cintakah dia padaku?”, lalu membuat percikan – percikan perdebatan kecil diantara kami.
Memang aneh kalau dipikir – pikir, apakah tidak ada pria di dunia ini yang memiliki kadar cemburu yang pas buat –ku?! Sejujurnya cemburu itu perlu, setidaknya bagi wanita hal tersebut merupakan wujud perhatian dan tanda bahwa pasangan kita masih perduli dengan apa yang kita lakukan, pasangan kita masih mau tau siapa saja yang ada dalam lingkaran pertemanan hidup kita. Namun akan menjadi tidak nyaman jika pasangan kita menjadi 'parno' dengan mengekang kita, menelepon kita setiap saat kala pergi dengan teman pria lain, dan bersikap tidak bersahabat dengan teman pria kita. Inilah cemburu yang mengarah pada ketidak- percayaan dengan mulai memiliki rasa curiga dalam rasa cemburu-nya itu.
Sedangkan tidak pernah cemburu memang terkadang menyenangkan, terasa bebas dan biasanya alasan pasangan adalah karena mereka sangat amat mempercayai kita sampai tidak ada keraguan sedikit-pun. Hal ini baik, namun terkadang mambuat kita merasa terabaikan, merasa tidak terlalu diperhatikan dan berbuntut pertanyaan “Serius apa enggak sih dia?”.
Segala seuatu jika terlalu berlebihan akan menjadi tidak bagus, begitu juga sebaliknya jika terlalu sedikit/ kekurangan juga tidak bagus, yang sedang – sedang saja itulah yang terbaik. Sama halnya dengan cemburu, dalam taraf wajar adalah yang terbaik, tidak perlu sampai berdebat, asal bertanya dan tahu secara garis besar sudah cukup, tidak perlu bertanya detail dan curiga, karena pada hakikatnya jika memang pasangan niat bercerita detail maka akan lepas dari mulutnya dengan sendirinya. Malah jika ditanya – tanya terus, pasangan akan menjadi defensif dan menutupi. Terlalu percaya sampai tidak bertanya apapun juga akan membuat pasangan menjadi merasa terlalu bebas dan tak ada batasan, toh pasanganku juga tidak ambil pusing.
Mungkin penjelasan di atas dapat diwakili oleh pepatah “Pasir jika digenggam terlalu erat akan tumpah, dan jika digemnggam terlalu longgar juga akan tumpah”.
End.