14 May 2009

Jealousy

By : CJenz

Sebenarnya butuh apa enggak sih cemburu itu, perlu gak sih kita cemburu atau dicemburui pasangan kita ?! Atau cemburu sama dengan tidak percaya? Dan tidak cemburu sama dengan tidak serius?
Dulu mantan pacarku, sebut saja C sangat pencemburu walau tidak sampai taraf posesive, cuma hal tersebut sempat membuatku jengkel apalagi terkadang membuat petengkaran kecil yang seharusnya tidak perlu terjadi. Lain halnya waktu kuliah, aku jadian dengan mantanku yang bernama F yang sangat bertolak belakang dengan C. Ia tidak pernah cemburu bahkan tidak pernah melarangku bergaul atau pergi dengan siapa saja walau hanya berdua dengan jenis kelamin laki- laki. Lagi – lagi hal ini membuatku merasa tidak nyaman, yang terkadang membuatku mempertanyakan “Cintakah dia padaku?”, lalu membuat percikan – percikan perdebatan kecil diantara kami.
Memang aneh kalau dipikir – pikir, apakah tidak ada pria di dunia ini yang memiliki kadar cemburu yang pas buat –ku?! Sejujurnya cemburu itu perlu, setidaknya bagi wanita hal tersebut merupakan wujud perhatian dan tanda bahwa pasangan kita masih perduli dengan apa yang kita lakukan, pasangan kita masih mau tau siapa saja yang ada dalam lingkaran pertemanan hidup kita. Namun akan menjadi tidak nyaman jika pasangan kita menjadi 'parno' dengan mengekang kita, menelepon kita setiap saat kala pergi dengan teman pria lain, dan bersikap tidak bersahabat dengan teman pria kita. Inilah cemburu yang mengarah pada ketidak- percayaan dengan mulai memiliki rasa curiga dalam rasa cemburu-nya itu.
Sedangkan tidak pernah cemburu memang terkadang menyenangkan, terasa bebas dan biasanya alasan pasangan adalah karena mereka sangat amat mempercayai kita sampai tidak ada keraguan sedikit-pun. Hal ini baik, namun terkadang mambuat kita merasa terabaikan, merasa tidak terlalu diperhatikan dan berbuntut pertanyaan “Serius apa enggak sih dia?”.
Segala seuatu jika terlalu berlebihan akan menjadi tidak bagus, begitu juga sebaliknya jika terlalu sedikit/ kekurangan juga tidak bagus, yang sedang – sedang saja itulah yang terbaik. Sama halnya dengan cemburu, dalam taraf wajar adalah yang terbaik, tidak perlu sampai berdebat, asal bertanya dan tahu secara garis besar sudah cukup, tidak perlu bertanya detail dan curiga, karena pada hakikatnya jika memang pasangan niat bercerita detail maka akan lepas dari mulutnya dengan sendirinya. Malah jika ditanya – tanya terus, pasangan akan menjadi defensif dan menutupi. Terlalu percaya sampai tidak bertanya apapun juga akan membuat pasangan menjadi merasa terlalu bebas dan tak ada batasan, toh pasanganku juga tidak ambil pusing.
Mungkin penjelasan di atas dapat diwakili oleh pepatah “Pasir jika digenggam terlalu erat akan tumpah, dan jika digemnggam terlalu longgar juga akan tumpah”.
End.

Why A Playboy Always Have A Room In Woman’s Heart?

By : Cjenz
Sebagian besar wanita pasti pernah jatuh cinta dengan cowok yang salah, tipe cowok ‘playboy’ yang selalu dicintai dan menjadi misteri sepanjang masa. Kebanyakan wanita akan menyangkal jika diberikan nasehat berhubungan dengan pilihan pacarnya-nya yang salah, baik dengan argumen atau dengan mencari – cari sisi baik sang pacar ‘playboy’ dengan naif. Pertanyaan yang selalu muncul adalah : “Mengapa wanita bisa lebih tertarik pada cowok ‘playboy’ yang jelas- jelas tidak tahu bagaimana menjaga hati wanita dengan baik dan seringkali membuat wanita cemburu setengah mati? Well, cowok ‘playboy’ mampu menawarkan apa yang tidak bisa ditemukan di dalam diri cowok-cowok baik seperti, mental attitude, sikap “They know how to treat a lady well” yang membuat para wanita addicted, sweet talk namun sekaligus penuh dengan misteri yang membuat wanita penasaran, “They know when and how to be romantic”, dan “They have their own style” yang memancarkan sisi charming mereka (walau ga semua cowok ‘playboy’ itu ganteng). Hal tersebut di atas lah yang membuat cowok ‘playboy’ selalu diincar oleh banyak wanita dan para wanita tersebut malah senang berada di dekatnya.
Sebagai wanita terkadang kita merasa bosan apabila setiap hari dikerumuni cowok yang kelewat romantis, berlomba-lomba menunjukkan perhatian (padahal ga perlu- perlu amat sehingga terkesan dibuat - buat), selalu ada pada saat dibutuhkan dan tidak dibutuhkan alias pengangguran yang terkesan tidak memiliki kehidupan lain selain kita. Apalagi jika kita telah menyadari bahwa mereka melakukan semua hal itu karena memang ada maunya. Prinsipnya sama, berlaku untuk pria dan wanita, jika wanita bisa melihat dan merasakan seorang pria mengejar dan berharap setengah mati padanya, rasa ketertarikan yang dia miliki terhadap pria tersebut akan menurun drastis. Itu adalah sifat dasar manusia, kita menginginkan apayang kita tidak bisa miliki dan sulit menghargai apa yang harus sudah ada di depan mata kita, seperti kata pepatah “Rumput tetangga selalu lebih hijau”. Dan cowok ‘playboy’ tahu benar akan prinsip tersebut, itulah yang membuat mereka selalu memiliki ruang di hati para wanita (banyak wanita).
End

Sometimes Love Is Just Aint’t Enough

By : CJenz

Terkadang dalam suatu hubungan percintaan walaupun dari namanya saja sudah ada memakai embel – embel kata cinta alias pacaran atau married, tetap saja cinta itu sendiri tidak cukup untuk mempertahankan hubungan cinta tersebut. Memulai sebuah hubungan memang mudah, namun untuk me-maintain itu yang sulit sadar atau tidak sadar sehingga tak jarang berujung pertengkaran atau perselingkuhan, intinya berbuah masalah.
Tak sengaja saat aku menonton televisi, ada salah satu reality show baru yang ditayangkan di sebuah stasiun TV swasta RCTI berjudul “Masihkah Kau Mencintai Aku” yang mengulas mengenai permasalahan yang terjadi antara suami istri dalam rumah tangga. Dari cuplikannya sang istri menunjuk – nunjukan jarinya kepada sang suami dengan emosi mengatakan bahwa ia telah menjadi istri yang baik, memasak, menyiapkan segala seuatu untuk suaminya namun suaminya malah cuek. Sedangkan sang suami berkata bahwa ia mencari uang semata- mata untuk istrinya. Lalu sang istri berkata bahwa ia tidak sudi tinggal serumah dengan suaminya lagi karena suaminya kotor. Kira – kira begitulah cuplikannya, memang aku tak pernah menonton acaranya, namun asumsiku mengatakan bahwa suaminya berselingkuh.
Well, sebenarnya mengapa perselingkuhan itu dapat terjadi dalam hubungan cinta? Bukankah atas nama cinta juga dua insan memutuskan bersama? Apakah ini menjadi bukti bahwa dalam suatu hubungan percintaan, cinta saja tidak cukup sebagai sebagai landasan atau dasar atau fondasi? Banyak diantara teman – teman pria aku yang telah menikah dan memiliki anak, sekilas mereka nampak seperti keluarga harmonis dan bahagia tetapi di belakang itu mereka tetap berselingkuh, baik dengan cara memiliki ‘TTM” (teman tapi mesra) atau hanya sebatas untuk have sex only. Waktu aku tanya mereka, jawabannya sangat simple seperti, family still number one, hubungan sex dengan sang istri masih jalan minimal seminggu sekali, mereka sangat mencintai istri dan keluarga. Lalu kenapa?! Mereka-pun tidak bisa menjawabnya.
Mungkin bagi sebagian besar pria tidak membutuhkan alasan untuk berselingkuh, lain halnya dengan wanita yang membutuhkan pergolakan batin untuk memutuskan berselingkuh. Terabaikan sering menjadi alasan utama pemicu perselingkuhan, sama seperti juga pria yang merasa kesepian apabila sang istri lebih memusatkan perhatian pada urusan anak dan rumah tangga atau kegiatan – kegiatan lain seperti arisan atau bahkan pekerjaan, maka istripun bisa merasa terabaikan jika suaminya lebih senang mengurusi pekerjaannya alias workalholic yang dilanjutkan dengan acara kumpul- kumpul dengan teman- teman kantor. Cinta mungkin menjadi alasan utama untuk mengikat janji hidup bersama namun butuh saling perhatian, saling pengertian, komunikasi, keintiman (sex), serta uang untuk membuat segalanya lengkap.
Dari cerita – cerita mereka saya mulai memahami satu hal, selingkuh tidak selalu berarti rasa cinta itu pudar atau tidak cinta lagi, namun lebih kepada hanya sebagai pelarian untuk mencari sesuatu yang tidak terpenuhi atau yang pernah terpenuhi lalu karena terbiasa lama – lama menjadi hilang. Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia tidak dapat hidup dengan cinta saja, begitu pula suatu hubungan tidak akan berjalan mulus hanya dengan mengandalkan cinta semata. Komunikasi menjadi hal yang sangat krusial dibarengi dengan kejujuran kedua belah pihak dalam membuka diri dan mengutarakan keinginan masing – masing untuk membuat diri mereka atau hubungan mereka dalam zona nyaman yang berunjung kebahagian. Kurasa omong kosong suatu hubungan percintaan dapat survive hanya dengan cinta itu sendiri seperti dalam kisah Romeo dan Juliet.
End.

Quote of This Month!

Do Your Best or Do Nothing!!!